TUJUH CIRI-CIRI PENGHUNI SYURGA FIRDAUS


MANUSIA akan memperoleh ganjaran setimpal berdasarkan usaha atau amalan dilakukannya baik perkara kecil atau besar yang tergolong dalam perbuatan yang baik dan buruk. Allah berfirman yang bermaksud: “Barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarah pun, nescaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan walau sebesar zarah pun, nescaya dia akan melihat (balasannya).” (Surah al-Zalzalah, ayat 7-8) .

Setiap apa yang dilakukan memberi kesan kepada diri manusia itu dan mereka yang beriman pastinya berusaha melakukan lebih banyak perbuatan baik.


Orang Mukmin yang taat adalah golongan yang mendapat kemuliaan dan kasih sayang Allah dan dijanjikan sebagai penghuni syurga bernama Firdaus yang kekal di dalamnya. Tujuh ciri dimiliki golongan ini dinyatakan Allah dalam surah al-Mukminun, ayat 1 hingga 11.
Ciri itu ialah:

1) Khusyuk dalam menunaikan solat
Insan yang Mukmin mampu melaksanakan solat dengan khusyuk sesuai dengan keteguhan dan kemantapan iman dimilikinya. Pengertian khusyuk mencakupi seseorang itu memahami apa yang dibaca dan dilakukannya dalam solat.


Menurut Imam al-Ghazali, dalam khusyuk itu juga harus ada rasa takut kepada Allah S.W.T. Sembahyang yang dikerjakan dengan khusyuk adalah syarat pertama untuk mewarisi syurga Firdaus.


2) Memelihara diri daripada perbuatan yang tiada berguna
Seseorang yang benar-benar mukmin tidak akan membiarkan masa berlalu dengan tidak melakukan perkara berfaedah.


3) Menunaikan zakat
Seorang Muslim sejati akan rela dengan ikhlas menunaikan kewajipan zakatnya tanpa wujud paksaan, lantaran sedar bahawa hartanya sudah memenuhi syarat untuk berzakat.


Selain itu, dia sedar bahawa pada harta miliknya itu ada hak orang lain yang harus diberikan, terutama hak fakir miskin. Hartanya yang sebenar hanyalah harta yang tinggal selepas dikeluarkan zakatnya.


4) Memelihara kehormatan
Orang mukmin berjaya akan menghindarkan diri daripada melakukan penyimpangan dalam hal seksual dan tidak mendekati zina. Dia tidak akan berlaku serong dan hanya menyalurkan keinginan syahwat (persetubuhan) melalui jalan halal dengan pasangan sah.


5) Melaksanakan amanah
Seseorang mukmin yang diberi kepercayaan akan menunaikannya dengan baik kerana kepercayaan itu adalah penghormatan paling berharga baginya.


6) Memenuhi janji
Islam mengajar bahawa setiap janji mesti ditunaikan kerana janji itu ibarat hutang. Lantaran itu ia perlu dibayar. Segala sesuatu yang dijanjikan perlu dipenuhi kerana yang demikian adalah ciri Mukmin berjaya.


7) Memelihara solat
Solat pada pandangan Mukmin sejati paling penting. Jadi, solat mereka cukup terpelihara, sehingga dapat dilaksanakan dengan begitu baik lagi sempurna. Waktu solat dijaga dengan baik seperti solat pada awal waktu. Begitu juga dengan rukun dan pelbagai syarat lainnya yang mana semuanya itu sangat diberi perhatian.

PERJALANAN HIDUP MANUSIA


Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, penuh liku-liku, dan melalui tahap demi tahap. Bermula dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, sampai pada alam akhirat yang berhujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia, syurga atau neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan setiap tahap dari perjalanan panjang manusia itu.

Al-Qur’an diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa terkecuali. Manusia yang diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt.


Rasulullah saw. semakin mengokohkan tentang kisah rihlatul insan. Disebutkan dalam beberapa haditsnya. “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang musafir” (HR Bukhari). Dalam hadits lain: ”Untuk apa dunia itu bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya” (HR At-Tirmidzi).


Alam Arwah
Manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah swt. setelah sebelumnya Allah telah menciptakan makhluk lain seperti malaikat, jin, bumi, langit dan seisinya. Allah menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi makhluk yang paling sempurna. Karena, manusia diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi dan memakmurkannya.


Persiapan pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah mengambil sumpah kepada mereka sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al A’raf: 172).


Dengan kesaksian dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai, yaitu nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum: 30). Rasulullah saw. bersabda: “Setiap anak dilahirkan secara fitrah. Maka kedua orang tuannya yang menjadikan Yahudi atau Nashrani atau Majusi.” (HR Bukhari)


Alam Rahim
Rihlah pertama yang akan dilalui manusia adalah kehidupan di alam rahim: 40 hari berupa nutfah, 40 hari berupa ‘alaqah (gumpalan darah), dan 40 hari berupa mudghah (gumpalan daging), kemudian ditiupkan ruh dan jadilah janin yang sempurna. Setelah kurang lebih sembilan bulan, maka lahirlah manusia ke dunia.


Allah swt. berfirman: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setitis mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Al-Hajj: 5)


Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya 40 hari nutfah, kemudian ‘alaqoh selama hari yang sama, kemudian mudghoh selama hari yang sama. Kemudian diutus baginya malaikat untuk meniupkan ruh dan ditetapkan 4 kalimat; ketetapan rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagia.” (HR Bukhari dan Muslim)


Seluruh manusia di dunia apapun keadaan sosialnya diingatkan tentang awal kejadiannya yang berasal dari benda yang hina, yaitu sperma lelaki dan sel telur wanita. Manusia sebelumnya belum dikenal, belum memiliki kemuliaan dan kehormatan. Lalu apakah manusia akan bangga, congkak, dan sombong dengan keadaan sosial yang dialami sekarang jika mereka mengetahui asal mereka?


Setelah mencapai 6 bulan sampai 9 bulan atau lebih, dan persyaratan untuk hidup normal sudah lengkap, seperti pancaindra, akal, dan hati, maka lahirlah manusia ke dunia. Belum mengenal apa-apa dan tidak memiliki apa-apa.


Alam Dunia
Di dunia perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang hanya minum susu ibu lalu tubuh menjadi kanak-kanak, remaja dan baligh. Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal dunia. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan datang pada bila-bila saja untuk menjemput manusia dan tidak mengenal usia. Sebagian meninggal saat masih bayi, sebagian lagi saat masa kanak-kanak, sebahagian yang lain ketika sudah remaja dan dewasa, sebahagian lainnya ketika sudah tua.


Di dunia inilah manusia bersama dengan jin mendapat taklif (tugas) dari Allah, yaitu ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia, manusia dibatasi oleh empat dimensi; dimensi tempat, iaitu bumi sebagai tempat beribadah; dimensi waktu, iaitu umur sebagai sebuah kesempatan atau target waktu beribadah; dimensi potensi diri sebagai modal dalam beribadah; dan dimensi pedoman hidup, iaitu ajaran Islam yang menjadi landasan amal.


Allah Ta’ala telah melengkapi manusia dengan pedoman hidup agar dalam menjalani hidupnya di muka bumi tidak tersesat. Allah telah mengutus rasulNya, menurunkan wahyu Al-Qur’an dan hadits sebagai penjelas, agar manusia dapat mengaplikasikan pedoman itu secara jelas tanpa keraguan. Sayangnya, banyak yang menolak dan ingkar terhadap pedoman hidup tersebut. Banyak manusia lebih memperturutkan hawa nafsunya dan tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.


Maka, orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktifitas yang tinggi dan hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senantiasa sedar bahwa detik-detik hidupnya amat berharga dan perlu digunakan untuk beramal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas dan kita tidak boleh menggunakan untuk hal-hal yang sia-sia apalagi perbuatan yang dibenci (makruh) dan haram.


Dunia dengan segala kesenangannya merupakan tempat ujian bagi manusia. Apakah yang dimakan, dipakai, dan dinikmati sesuai dengan aturan Allah swt. atau menyimpang dari ajaran-Nya? Apakah segala kemudahan yang diperoleh manusia dimanfaatkan sesuai mengikut perintah Allah atau tidak? Dunia merupakan medan ujian bagi manusia, bukan medan untuk pemuas kesenangan nafsu.
Rasulullah saw. memberikan contoh bagaimana hidup di dunia. Ibnu Mas’ud menceritakan bahwa Rasulullah saw. tidur diatas tikar, ketika bangun ada bekasnya. Maka kami bertanya: “Wahai Rasulullah saw., bagaimana kalau kami sediakan untukmu kasur.” Rasululah saw. bersabda: “Untuk apa (kesenangan) dunia itu? Hidup saya di dunia seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya.” (HR At-Tirmidzi)


Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Mereka akan meninggalkan segala sesuatu yang telah dikumpulkannya. Semua yang dikumpulkan oleh manusia tidak akan berguna, kecuali amal shalihnya berupa sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Kematian adalah penghancur kelezatan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Kematian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dunia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari amal perbuatan untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya.


Bagi orang beriman, kematian merupakan salah satu peringkat dalam kehidupan yang panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek, sementara, melelahkan, dan menyusahkan untuk menuju akhirat yang panjang, kekal, menyenangkan, dan membahagiakan. Di surga penuh dengan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan belum terlintas oleh pikiran manusia. Sementara bagi orang kafir, berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dunia 1.000 tahun lagi. Tetapi, sikap itu adalah sia-sia. Karena, kematian pasti akan datang menjemputnya.


Alam Barzakh
Alam berikutnya manusia akan memasuki alam kubur atau alam barzakh. Di sana mereka tinggal sendirian. Yang akan menemaninya adalah amal mereka sendiri. Kubur adalah taman dari taman-taman syurga atau lembah dari lembah-lembah neraka. Manusia sudah akan mengetahui nasibnya ketika mereka berada di alam barzakh. Apakah termasuk ahli syurga atau ahli neraka. Jika seseorang menjadi penghuni syurga, maka dibukakan baginya pintu syurga setiap pagi dan petang. Hawa syurga akan mereka rasakan. Sebaliknya jika menjadi penghuni neraka, pintu neraka pun akan dibukakan untuknya setiap pagi dan petang dan dia akan merasakan hawa panas neraka.


Al-Barra bin ’Azib menceritakan hadits yang panjang yang diriwayat Imam Ahmad tentang perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang mukmin yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh malaikat dengan membawa kafan syurga. Kemudian datang malaikat maut duduk di atas kepalanya dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari jasadnya. Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan diangkat ke langit. Penduduk langit dari kalangan malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu Allah dan Allah memerintahkan pada malaikat: “Catatlah kitab hambaku ke dalam ’illiyiin dan kembalikan kedunia.” Maka dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah dua malaikat yang bertanya: Siap Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus kepadamu? Siapa yang mengajarimu? Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik. Maka kemudian akan diberi alas dari syurga, mendapat kenikmatan di kubur dengan selalu dibukakan baginya pintu syurga, dilapangkan kuburnya, dan mendapat teman yang baik dengan wajah yang baik, pakaian yang baik, dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal perbuatannya.


Alam Akhirat
Dan rihlah berikutnya ialah kehidupan di hari akhirat dengan segala rinciannya. Kehidupan hari akhirat didahului dengan terjadinya Kiamat, berupa kerusakan total seluruh alam semesta. Peristiwa setelah kiamat adalah padang mahsyar, yaitu seluruh manusia dari mulai nabi Adam as. sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat. Saat itu matahari sangat dekat jaraknya sekitar satu mil, sehingga mengalirlah keringat dari tubuh manusia sesuai dengan amalnya. Ada yang sampai pergelangan kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pusat, ada yang sampai dada, bahkan banyak yang tenggelam dengan keringatnya.


Dalam keadaan yang berat ini manusia berbondong-bondong mendatangi para nabi untuk meminta pertolongan dari kesulitan yang maha berat itu. Tetapi semuanya tidak ada yang dapat menolong. Dan terakhir, hanya Rasulullah saw. yang dapat menolong mereka dari kesulitan mahsyar. Rasulullah saw. sujud di haribaan Allah swt. di bawah Arasy dengan memuji-muji-Nya. Kemudian Allah swt. berfirman: “Tegakkan kepalamu, mintalah niscaya dikabulkan. Mintalah syafaat, pasti diberikan.” Kemudian Rasululullah saw. mengangkat kepalanya dan berkata: “Ya Rabb, umatku. Dan dikabulkanlah pertolongan tersebut dan selesailah mahsyar untuk kemudian melalui proses berikutnya.


Peristiwa berikutnya adalah hisab (perhitungan amal) dan mizan (timbangan amal) bagi manusia. Ada yang mendapatkan proses hisab dengan cara susah-payah karena dilakukan dengan sangat teliti dan rinci. Sebagian yang lain mendapatkan hisab yang mudah dan hanya sekadar formalitas. Bahkan sebagian kecil dari orang beriman bebas hisab.


Di antara pertanyaan yang akan diberikan pada manusia di hari Hisab terkait dengan masalah prinsip dalam hidupnya. Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan melangkah kaki anak Adam di hari kiamat sehingga ditanya 5 hal di sisi Allah: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana mencarinya, dan ke mana menginfakkannya, dan apa yang diamalkan dari ilmunya.” (HR At-Tirmidzi). Di masa ini juga dilakukan proses qishash, orang yang dizhalimi meng-qishash orang yang menzhalimi.


Kejadian selanjutnya manusia harus melalui titian shirat, yaitu sebuah jembatan yang sangat tipis dan mengerikan karena di bawahnya neraka jahanam. Semua manusia akan melewati jembatan ini dari mulai yang awal sampai yang akhir. Shirat ini lebih tipis dari rambut, lebih tajam dari pedang, dan terdapat banyak kala jengking. Kemampuan manusia melewati jembatan itu sesuai dengan amalnya di dunia. Ada yang lewat dengan cepat seperti kecepatan kilat, ada yang lewat seperti kecepatan angin, ada yang lewat seperti kecepatan burung, tetapi banyak juga yang berjalan merangkak, bahkan ramai manusia jatuh ke dalam neraka jahanam.


Bagi orang-orang yang beriman, akan minum telaga Rasulullah saw. yang disebut Al-Kautsar. Rasulullah saw. bersabda: “Telagaku seluas perjalanan sebulan, airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih wangi dari misik, dan gayungnya sebanyak bintang di langit. Siapa yang meminumnya, maka tidak akan pernah haus selamanya.” (Muttafaqun ‘alaihi)


Syurga dan Neraka
Pada tahap yang terakhir dari rihlah manusia di hari akhir adalah sebagian mereka masuk syurga dan sebagian masuk neraka. Syurga tempat orang-orang bertakwa dan neraka tempat orang-orang kafir, munafik dan fasik. Kedua tempat tersebut sekarang sudah ada dan disediakan. Bahkan, syurga sudah rindu pada penghuninya untuk siap menyambut dengan sebaik-baiknya sambutan. Neraka pun sudah rindu dengan penghuninya dan siap menyambut dengan hidangan neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan syurga dan neraka secara detail. Penyebutan ini agar menjadi pelajaran bagi kehidupan manusia tentang persinggahan akhir yang akan mereka diami.


Neraka adalah tempat yang penuh dengan siksaan. Percikan apinya jika diletak di dunia dapat membakar semua penghuni dunia. Minuman penghuni neraka adalah nanah dan makanannya zaqum (buah berduri). Manusia di sana tidak hidup karena penderitaan yang luar biasa, dan juga tidak mati karena jika mati akan hilang penderitaannya. Di neraka manusia itu kekal abadi.


Orang-orang beriman akan mendapatkan syurga dan kain sutra karena kesabaran mereka. Dalam syurga mereka duduk-duduk bersandar di atas dipan, tidak merasakan panas teriknya matahari dan dingin yang sangat. Mereka dinaungi pohon-pohon syurga dan buahnya sangat mudah untuk dipetik. Mereka juga mendapatkan bejana-bejana dari perak dan piala-piala minuman yang sangat bening. Mereka akan minum minuman syurga yang rasanya sangat nikmat yang didatangkan dari mata air surga bernama Salsabila. Di syurga juga ada banyak sungai yang berisi beraneka macam minuman, sungai mata air yang jernih, sungai susu, sungai khamr, dan sungai madu.


Penghuni syurga akan dilayani oleh anak-anak muda yang jika dilihat sangat indah bagaikan mutiara yang bertaburan. Syurga yang penuh dengan kenikmatan dan kerajaan yang besar. Orang beriman di syurga memakai pakaian sutra halus berwarna hijau dan sutra tebal, juga memakai gelang terbuat dari perak dan emas. Allah swt. memberikan minuman kepada mereka minuman yang bersih.


Dan yang tidak kalah nikmatnya iaitu isteri-isteri dan bidadari syurga. Mereka berwarna putih bersih berseri, bermata bulat, suci dan belum pernah disentuh oleh manusia dan jin.


Puncak dari segala kenikmatan di syurga adalah melihat Pencipta Seluruh Alam iaitu Allah S.W.T yang Maha Agung, Yang Maha Berkuasa, Yang Maha Pencipta dan Yang Maha Mulia. Segala puji-puji hanya untuk Allah S.W.T. (Janganlah kita mencuba untuk membayangkan Allah S.W.T. kerana nanti kita akan disesatkan oleh Iblis dan Syaitan).


Allah S.W.T akan memasukkan hamba–Nya ke dalam syurga dengan rahmat-Nya, dan syurga adalah puncak dari rahmat-Nya. Allah Ta’ala akan memasukan hamba-Nya ke dalam rahmat (syurga) berdasarkan rahmat-Nya juga. Disebutkan dalam hadits shahih: “Sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki 100 rahmat. Diturunkan (ke dunia) satu rahmat untuk jin, manusia, dan binatang. Dengan itu mereka saling simpati dan kasih sayang. Dengan satu rahmat itu pula binatang buas menyayangi anaknya. Dan Allah swt. menyimpan 99 rahmat bagi hamba-Nya di hari kiamat.” (Muttafaqun alaihi) .


Maka, memang pasti nikmat syurga itu jauh lebih baik dari apa yang dibayangkan oleh manusia. Rasulullah saw. bersabda: “Allah swt. berkata, “Aku telah siapkan bagi hambaKu yang shalih sesuatu yang belum dilihat mata, belum didengar telinga, dan belum terlintas pada hati manusia” (Muttafaqun ‘alaihi).

Apakah kita hanya akan berpuas hati dengan mengejar satu rahmat Allah yang dibahagi-bahagi untuk seluruh penduduk dunia, sementara kita melalaikan 99 rahmat Allah yang disimpan untuk hari akhirat?
Renungkanlah..........

BILA USIA MENJELANG EMPAT PULUH


Al-Quran memberikan ingatan tentang usia 40 tahun dengan penuh makna dan menusuk jantung hati.
Allah S.W.T berfirman: (maksudnya)

dan Kami berpesan kepada insan agar berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah mengandungnya dengan kepayahan dan melahirkannya dengan kepayahan, dan tempoh mengandung beserta menceraikan susunya ialah tiga puluh bulan. Setelah dia besar sampai ke peringkat matang yang sempurna dan sampai ke peringkat umur empat puluh tahun, maka dia berdoa: “Wahai Tuhanku, ilhamkanlah daku supaya tetap bersyukur akan nikmatMu yang Engkau kurniakan kepadaku dan kepada ibu bapaku, dan supaya aku tetap mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan jadikanlah untuk kebaikan dalam zuriat keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadaMu, dan sesungguhnya aku dari orang-orang Islam (yang menyerah kepadaMu)” (Surah al-Ahqaf: 15)


Bagi yang dapat memahami bahasa Arab, dapat merasai keindahan bilah-bilah ayat di atas. Ia tersusun dengan cantik, indah dan penuh kerohanian. Ia menusuk kalbu, menusuk rohani yang lesu lantas mengheret insan ke dataran Tuhan. Ia mengingatkan tentang perjalanan insan; dari hari dia dalam kandungan ibunya, sehingga dilahirkan, sehingga matang, sehingga berusia empat puluh.


Lalu dia diajar agar berdoa untuk dirinya, untuk keturunannya dan agar dia bertaubat atas segala dosa yang dilalui sebelum menjelang empat puluh. Maka dia pun menjadi insaf yang benar-benar menyerah diri atau muslim. Dengan ayat ini, insan yang insaf tersentuh jantung hatinya, perasaannya tersentak, rohaninya sebak lalu dia terduduk insaf, taubat, ibadat dan terus membasahi perjalanan hidupnya dengan linangan airmata takwa sehingga bertemu Allah.

Keinsafan

Allah S.W.T dalam ayat di atas mengingatkan insan tentang sejarah hidupnya yang pernah dikandung ibu, agar dia tidak lupa setelah lama hal itu berlalu. Insan diingat tentang payahnya pengorbanan tersebut. Setelah dia dilahir dalam keadaan yang sukar itu, dia mula melalui perjalanan hidup sehingga ke usia matang. Al-Quran tidak pula menyebut tentang berapakah usia matang tersebut. Para mufassirin berbeza pendapat. Namun, ia barangkali sekitar antara 30an ke 40an. Ada yang lebih awal, dan ada pula yang mungkin terlambat. Apapun, insan apabila sampai usia empat puluh maka itu adalah tarikh yang wajib untuk dia mengingati dan menginsafi hakikat kehidupan yang dilaluinya selama ini.


Perjalanan hidup; pahit manis, suka duka, cubaan dan kurniaan, halangan dan laluan kesemuanya menjadi bekal untuk dia meneliti dan memahami ‘apakah makna sebuah perjalanan hidup dan ke mana jalan yang hendak dituju?’. Dalam suasana keinsafan itu, dia lantas berdoa dengan penuh harap agar Allah memberikannya kurnia perasaan ‘kesyukuran’ atas segala nikmat yang diperolehi selama ini. ‘Syukur’adalah tanda atas keinsafan terhadap hakikat diri bahawa segala nikmat ini hanyalah dari Allah. Maka, hilanglah bongkak, hilanglah sombong, hilanglah bangga diri dan terasa kerdil atas segala yang dinikmati.


Kesombongan

Kesombongan atau bongkak adalah musuh insan. Kesombonganlah yang menimbulkan pemusuhan antara Iblis dan Adam, kesombonganlah yang menjadikan Iblis dilaknat. Kesombongan juga yang menyebabkan Firaun dan Qarun menolak dakwah. Kesombonganlah yang menyebabkan ada insan yang dihina kerana kekurangan yang ada padanya. Kesyukuran membunuh kesombongan. Usia 40 tahun, usia yang menghalau kesombongan, bukan usia untuk mendabik dada dengan menyatakan ‘aku, aku dan aku..’ tetapi usia yang mengingatkan insan untuk berkata ‘segalanya nikmat Allah’. Hilang bongkak, lalu nikmat ibadah pun menjelang dan insan memohon kurnia agar dia dapat terus beribadah dengan cara yang diredhai Allah. Pada usia ini, teringat pula tentang zuriat yang bakal muncul dalam kehidupan, lantas insan pun berdoa untuk zuriatnya seperti yang Allah ajar dalam ayat di atas.

Selepas itu, menginsafi perjalanan hidup selama empat puluh tahun, insan pun berkata “Sesungguhnya aku bertaubat kepadaMu, dan sesungguhnya aku dari orang-orang Islam (yang menyerah kepadaMu)”.Bergabunglah keinsafan, taubat dan penyerahan.
Kata al-Imam Ibn Kathir (w. 774H):
Ayat ini memberikan petunjuk bahawa insan apabila menjelang usia 40 tahun hendaklah memperbaharui taubat dan kembali kepada Allah, serta bersungguh-sungguh mengenainya” (Ibn Kathir, Tafsir al-Quran al-‘Azim, 7/281. Saudi: Dar al-Tibah).


Ganjarannya..
Apabila itu berlaku menjelang usia 40 tahun, maka Allah memberikan janjiNya dalam ayat selepas itu: (maksudnya)
mereka (yang bersifat seperti itu) itulah orang-orang yang Kami (Allah) terima dari mereka amalan yang baik yang mereka telah amalkan, dan Kami ampunkan kesalahan-kesalahan mereka; (mereka akan dimasukkan) dalam ahli syurga, sebagai memenuhi janji yang benar, yang telah dijanjikan kepada mereka”. (Surah al-Ahqaf: 16).


Indahnya janji dari Yang Maha Benar. Diterima segala kebaikan, diampun kesalahan dan dimasukkan ke dalam syurga. Alangkah indahnya. Soalnya, mampukah diri memulakan azam baru dan beristiqamah atasnya?! Berikanlah pertolonganMu Ya Allah!

Kematangan
Usia 40 tahun adalah usia yang mengajakkan kita untuk bersungguh dalam hidup. Mengumpulkan pengalaman, menajamkan hikmah dan kebijaksanaan, membuang kedangkalan ketika usia muda yang lepas, lebih santun, lebih berhati-hati, melempar jauh kegopohan lepas, melihat sesuatu dengan hikmah dan penuh penelitian. Usia 40 adalah usia matang yang berbekalkan pengalaman empat dekad. Maka tidak hairan tokoh-tokoh pemimpin muncul secara matang pada usia ini.

Bahkan Nabi s.a.w, seperti yang disebut oleh Ibn ‘Abbas:
Dibangkitkan Rasulullah s.a.w pada usia 40 tahun” (Riwayat al-Bukhari).
Usia 40 usia adalah tanda aras usia insan yang insaf, syukur, merendah diri, ibadah, harapan, taubat dan penyerahan.

Usia 40 adalah usia bersungguh-sungguh dalam memikul amanah, membuang kedangkalan, mengambil iktibar dari pengalaman dan bertindak dengan hikmah dan kebijaksanaan.
Ya Allah! Selamat kami pada usia ini sehingga kami bertemuMu!

MASA YANG TELAH BERLALU PASTI TIDAK AKAN KEMBALI


Allah S.W.T berfrman ,"Demi Masa! Sesungguhnya manusia itu di dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman, beramal soleh dan berpesan-pesan dengan kebenaran serta berpesan-pesan dengan kesabaran." (Al 'Asr 103: 1-3)

Sama ada kita sedar atau pun tidak, kita sebenarnya telah membuat sesuatu di dalam kehidupan.

Jika ianya berupa ‘negatif’ maka ianya menjadi DOSA di sisi Allah dan yang ‘positif’ pula maka ianya menjadi PAHALA.


Ia bagaikan dunia yang berpusing setiap hari, kita tidak sedar ianya berpusing tetapi kita hanya sedar bahawa telah berlaku perubahan malam dan siang atau pun perubahan ke atas musim-musimnya.


Suasana hariannya tetap sama tetapi sejarahnya cukup berlainan kerana setiap hari yang sama itu mempunyai peristiwa-peristiwa yang berlainan. Dan peristiwa yang berlainan inilah motif kita mengenang sesuatu yang lepas dan mengharapkan sesuatu yang lebih baik di masa hadapan.


Namun, kita bukan penentunya kerana MASA adalah MILIK ALLAH dan ALLAH sahajalah penentu segala-galanya di dalam kehidupan. Justru, kehidupan itu bukanlah sesuatu yang olok-olok, malah bukan suatu permainan dan perjudian. Kehidupan adalah suatu perjalanan, suatu pelaburan, suatu amanah dan suatu iktiqad.


Apa yang kita kutip semasa hidup akan menjadi hasil tebusan di hari pembalasan. Jika banyak pulangan dari pelaburan ‘saham’ kita semasa hidup maka mudahlah bagi kita tetapi jika kurang, dan semakin berkurangan maka bersedihlah kita.


Firman Allah S.W.T yang bermaksud: “Dan berilah amaran (wahai Muhammad) kepada umat manusia seluruhnya tentang hari penyesalan iaitu hari diselesaikan perbicaraan perkara masing-masing pada masa mereka (yang ingkar) di dunia ini berada dalam kelalaian serta mereka pula tidak mahu beriman.” (Maryam [19:39])


Oleh itu, ada baik nya kita bermuhasabah diri selalu untuk melihat di mana kita. Jika perlu MENANGIS maka MENANGISLAH DARI SEKARANG kerana MENANGIS KEMUDIANNYA sudah tiada kesannya.

ALLAH S.W.T. MENCINTAI HAMBANYA YANG TELAH BERTAUBAT


Taubat adalah kembali kepada Allah S.W.T. setelah melakukan maksiat. Taubat marupakan rahmat Allah S.W.T yang diberikan kepada hamba-Nya agar mereka dapat kembali kepada-Nya.


Agama Islam tidak memandang manusia bagaikan malaikat tanpa kesalahan dan dosa sebagaimana Islam tidak membiarkan manusia berputus asa dari ampunan Allah S.W.T, betapa pun dosa yang telah diperbuat manusia. Bahkan Nabi Muhammad S.A.W telah membenarkan hal ini dalam sebuah sabdanya yang berbunyi: "Setiap anak Adam pernah berbuat kesalahan/dosa dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah mereka yang bertaubat (dari kesalahan tersebut)."


Di antara kita pernah berbuat kesalahan terhadap diri sendiri sebagaimana terhadap keluarga dan kerabat bahkan terhadap Allah S.W.T.  Dengan segala rahmatnya, Allah S.W.T memberikan jalan kembali kepada ketaatan, ampunan dan rahmat-Nya dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Penyayang dan Maha Penerima Taubat. Seperti diterangkan dalam surah Al Baqarah: 160 "Dan Akulah yang Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."


Taubat dari segala kesalahan tidaklah membuat seorang terhina di hadapan Tuhannya. Hal itu justru akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya karena sesungguhnya Allah S.W.T sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. Sebagaimana firmanya dalam surah Al-Baqarah: 222, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."


Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara, bahkan pintunya selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas. Allah S.W.T selalu menbentangkan tangan-Nya (rahmat-Nya) bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu musa Al-Asy`ari: "SesungguhnyaAllah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat."


Merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah S.W.T dan membiarkan dirinya terus-menerus melampai batas. Padahal, pintu taubat selalu terbuka dan sesungguhnya Allah S.W.T  mengampuni dosa-dosa semuanya karena sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha penyayang.


Tepatlah kiranya firman Allah S.W.T dalam surah Ali Imran ayat: 133, "Bersegaralah kepada ampunan dari tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampunan terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."


Taubat yang tingkatannya paling tinggi di hadapan Allah S.W.T adalah "Taubat Nasuha", yaitu taubat yang murni. Sebagaimana dijelaskan dalam surah At-Tahrim: 66, "Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bresamanya, sedang cahaya mereka memancar di depan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan 'Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kamidan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu'".


Taubat Nasuha adalah bertaubat dari dosa yang diperbuatnya saat ini dan menyesal atas dosa-dosa yang dilakukannya di masa lalu dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi di masa hadapan. Apabila dosa atau kesalahan tersebut terhadap bani Adam (sesama manusia), maka caranya adalah dengan meminta maaf kepadanya. Rasulullah S.A.W pernah ditanya oleh seorang sahabat, "Apakah penyesalan itu taubat?", "Ya", kata Rasulullah (H.R. Ibnu Majah). Amr bin Ala pernah mengatakan: "Taubat Nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu pernah mencintainya".

NILAI TUDUNG WANITA ISLAM


Apabila wanita muslim menjaga auratnya dari pandangan lelaki bukan muhram, bukan sahaja dia menjaga maruah dirinya, malah maruah wanita mukmin keseluruhannya. Harga diri wanita terlalu mahal. Ini kerana syariat telah menetapkan supaya wanita berpakaian longgar dengan warna yang tidak menarik serta menutup seluruh badannya dari kepala hingga ke kaki.


Kalau dibuat perbandingan dari segi harta dunia seperti intan dan berlian, ianya dibungkus dengan rapi dan disimpan pula di dalam peti besi yang berkunci. Begitu juga diumpamakan dengan wanita, Kerana wanita yang bermaruah tidak akan mempamerkan tubuh badan di khalayak umum. Mereka masih boleh tampil di hadapan masyarakat bersesuaian dengan garisan syarak. Wanita tidak sepatutnya mengorbankan maruah dan dirinya semata-mata untuk mengejar pangkat, darjat, nama, harta dan kemewahan dunia.


Menyentuh berkenaan pakaian wanita, alhamdulillah sekarang telah ramai wanita yang menjaga auratnya, sekurang-kurangnya dengan memakai tudung. Dapat kita saksikan di sana sini wanita mula memakai tudung. Pemakaian tudung penutup aurat sudah melanda dari peringkat bawahan hingga kepada peringkat atasan. Samada dari golongan pelajar-pelajar sekolah hinggalah kepada pekerja-pekerja pejabat-pejabat.


Walaupun pelbagai gaya tudung diperaga dan dipakai, namun pemakaiannya masih tidak lengkap dan sempurna. Masih lagi menampakkan batang leher, dada dan sebagainya. Ada yang memakai tudung, tetapi pada masa yang sama memakai kain belah bawah atau berseluar ketat dan sebagainya. Pelbagai warna dan pelbagai fesyen tudung turut direka untuk wanita-wanita Islam kini.


Ada rekaan tudung yang dipakai dengan songkok di dalamnya, dihias pula dengan kerongsang (broach) yang menarik. Labuci warna-warni dijahit pula di atasnya. Dan berbagai-bagai gaya lagi yang dipaparkan dalam majalah dan suratkhabar fesyen untuk tudung. Rekaan itu kesemuanya bukan bertujuan untuk mengelakkan fitnah, sebaliknya menambahkan fitnah ke atas wanita.


Walhal sepatutnya pakaian bagi seorang wanita mukmin itu adalah bukan sahaja menutup auratnya, malah sekaligus menutup maruahnya sebagai seorang wanita. Iaitu pakaian dan tudung yang tidak menampakkan bentuk tubuh badan wanita, dan tidak berhias-hias yang mana akan menjadikan daya tarikan kepada lelaki bukan muhramnya. Sekaligus pakaian boleh melindungi wanita dari menjadi bahan gangguan lelaki yang tidak bertanggungjawab.


Bilamana wanita bertudung tetapi masih berhias-hias, maka terjadilah pakaian wanita Islam sekarang walaupun bertudung, tetapi semakin membesarkan riak dan bangga dalam diri. Sombong makin bertambah. Jalan mendabik dada. Terasa tudung kitalah yang paling cantik, up-to-date, sofistikated, bergaya, ada kelas dan sebagainya. Bertudung, tapi masih ingin bergaya.


Kesimpulannya, tudung yang kita pakai tidak membuahkan rasa kehambaan. Kita tidak merasakan diri ini hina, banyak berdosa dengan Tuhan mahupun dengan manusia. Kita tidak terasa bahawa menegakkan syariat dengan bertudung ini hanya satu amalan yang kecil yang mampu kita laksanakan. Kenapa hati mesti berbunga dan berbangga bila boleh memakai tudung?


Ada orang bertudung tetapi lalai atau tidak bersembahyang. Ada orang yang bertudung tapi masih lagi berkepit dan keluar dengan teman lelaki . Ada orang bertudung yang masih terlibat dengan pergaulan bebas. Ada orang bertudung yang masih menyentuh tangan-tangan lelaki yang bukan muhramnya. Dan bermacam-macam lagi maksiat yang dibuat oleh orang-orang bertudung termasuk kes-kes besar seperti zina, khalwat dan sebagainya.


Jadi, nilai tudung sudah dicemari oleh orang-orang yang sebegini. Orang Islam lain yang ingin ikut jejak orang-orang bertudung pun tersekat melihat sikap orang-orang yang mencemari hukum Islam. Mereka rasakan bertudung atau menutup aurat sama sahaja dengan tidak bertudung. Lebih baik tidak bertudung. Mereka rasa lebih bebas lagi.


Orang-orang bukan Islam pula tawar hati untuk masuk Islam kerana sikap umat Islam yang tidak menjaga kemuliaan hukum-hakam Islam. Walaupun bertudung, perangai mereka sama sahaja dengan orang-orang bukan Islam. mereka tidak nampak perbezaan agama Islam dengan agama mereka.


Lihatlah betapa besarnya peranan tudung untuk dakwah orang lain. Selama ini kita tidak sedar diri kitalah agen bagi Islam. Kita sebenarnya pendakwah Islam. Dakwah kita bukan seperti pendakwah lain tapi hanya melalui pakaian.


Kalau kita menutup aurat, tetapi tidak terus memperbaiki diri zahir dan batin dari masa ke semasa, kitalah punca gagalnya mesej Islam untuk disampaikan. Jangan lihat orang lain. Islam itu bermula dari diri kita sendiri.


Ini tidak bermakna kalau akhlak belum boleh jadi baik tidak boleh pakai tudung. Aurat, wajib ditutup tapi dalam masa yang sama, perbaikilah kesilapan diri dari masa ke semasa. Tudung di luar tudung di dalam (hati). Buang perangai suka mengumpat, berdengki, berbangga, ego, riak dan lain-lain penyakit hati.


Walau apapun, kewajipan bertudung tidak terlepas dari tanggungjawab setiap wanita Muslim. Samada baik atau tidak akhlak mereka, itu adalah antara mereka dengan Allah. Amat tidak wajar jika kita mengatakan si polanah itu walaupun bertudung, namun tetap berbuat kemungkaran. Berbuat kemungkaran adalah satu dosa, manakala tidak menutup aurat dengan menutup aurat adalah satu dosa lain.


Kalau sudah mula menutup aurat, elak-elaklah diri dari suka bertengkar. Hiasi diri dengan sifat tolak ansur. Sentiasa bermanis muka. Elakkan pergaulan bebas lelaki perempuan. Jangan lagi berjalan ke hulu ke hilir dengan teman lelaki. Serahkan pada Allah tentang jodoh. Memang Allah sudah tetapkan jodoh masing-masing. Yakinlah pada ketentuan qada' dan qadar dari Allah.


Apabila sudah menutup aurat, cuba kita tingkatkan amalan lain. Cuba jangan tinggal sembahyang lagi terutama dalam waktu bekerja. Cuba didik diri menjadi orang yang lemah-lembut. Buang sifat kasar dan sifat suka bercakap dengan suara meninggi. Buang sikap suka mengumpat, suka mengeji dan mengata hal orang lain. jaga tertib sebagai seorang wanita. Jaga diri dan maruah sebagai wanita Islam. Barulah nampak Islam itu indah dan cantik kerana indah dan cantiknya akhlak yang menghiasi peribadi wanita muslimah.


Barulah orang terpikat untuk mengamalkan Islam. Dengan ini, orang bukan Islam akan mula hormat dan mengakui "Islam is really beautiful." Semuanya bila individu Islam itu sudah cantik peribadinya. Oleh itu wahai wanita-wanita Islam sekalian, anda mesti mengorak langkah sekarang sebagai agen pengembang agama melalui pakaian.