DOSA YANG PALING MENGERIKAN



Rasulullah S.A.W. pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Maukah kamu aku kabarkan tentang dosa-dosa yang paling besar ?” (beliau ulangi pertanyaan itu tiga kali) Maka para sahabat menjawab, “Mau ya Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Berbuat syirik terhadap Allah dan derhaka kepada kedua orang tua…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah S.A.W. bersabda,”Dosa paling besar adalah engkau mengangkat sekutu bagi Allah padahal Dia-lah yang menciptakanmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh Abdullah bin Shalih Al-Fauzan berkata : Syirik bermakna nashib (bagian) hal itu terjadi apabila ada sesuatu selain Allah yang dipersekutukan bersama-Nya maka itu bererti dia telah memberikan bagian (ibadah) kepada selain-Nya. Syirik menjadi larangan terbesar karena hak paling agung adalah hak Allah ta’ala. Sedangkan hak Allah ta’ala adalah diesakan dalam hal ibadah. Oleh sebab itu apabila seseorang mempersekutukan Allah dengan selain-Nya maka dia telah menyia-nyiakan hak yang paling agung. (Hushulul ma’mul, hal. 47)

Syirik Akbar

Syirik akbar adalah perbuatan atau keyakinan yang membuat pelakunya keluar dari Islam. Bentuknya ialah dengan menujukan salah satu peribadatan (lahir maupun batin) kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah, berkorban untuk jin, dan sebagainya. Apabila ia meninggal dan belum bertaubat maka akan kekal berada di dalam neraka.

Jenis-jenis syirik akbar :

Syirik dalam hal do’a

Iaitu perbuatan memanjatkan permohonan kepada selain Allah disamping kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman yang ertinya,“Apabila mereka menaiki kapal (dan terombang-ambing di tengah samudera) maka merekapun berdo’a kepada Allah dengan ikhlas (tidak syirik sebagaimana ketika dalam kondisi tentram di darat). Kemudian tatkala Kami selamatkan mereka ke daratan maka merekapun berbuat syirik.” (QS. Al-‘Ankabuut : 65)

Termasuk kategori syirik ini adalah : meminta perlindungan (isti’adzah) kepada selain Allah dalam perkara yang hanya dikuasai oleh Allah, meminta pertolongan (isti’anah) kepada selain Allah, meminta dihilangkan bala (istighatsah) kepada selain Allah..

Syirik dalam hal niat dan keinginan

Iaitu melakukan suatu amal ibadah dengan niat karena selain Allah. Seperti orang yang beramal akhirat semata-mata untuk meraih keuntungan duniawi.

Allah ta’ala berfirman yang artinya,“Barangsiapa yang mengharapkan kehidupan dunia dan perhiasannya maka Kami akan penuhi keinginan mereka dengan membalas amal itu di dunia untuk mereka dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak meraih apa-apa ketika di akhirat melainkan siksa neraka dan lenyaplah semua amal yang mereka perbuat selama di dunia dan sia-sialah segala amal usaha mereka.” (QS. Huud : 15-16)

Syirik dalam hal ketaatan

Iaitu mentaati selain Allah untuk berbuat durhaka kepada Allah. Seperti contohnya mengikuti para tokoh dalam hal mengharamkan apa yang dihalalkan Allah atau menghalalkan apa yang diharamkan Allah.

Allah ta’ala berfirman yang ertinya,“Mereka telah menjadikan para pendeta (ahli ilmu) dan rahib (ahli ibadah) mereka sebagai sesembahan-sesembahan selain Allah, begitu pula (mereka sembah) Al Masih putera Maryam. Padahal mereka itu tidak disuruh melainkan supaya menyembah sesembahan yang satu. Tidak ada sesembahan yang hak selain Dia, Maha suci Dia (Allah) dari segala bentuk perbutan syirik yang mereka lakukan.” (QS. At-Taubah : 31)

Syirik dalam hal kecintaan

Iaitu mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam hal kecintaan.

Allah ta’ala berfirman yang artinya,“Dan di antara manusia ada orang yang mengangkat sekutu-sekutu selain Allah yang mereka cintai sebagaimana kecintaan mereka kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah : 165)

Kalau mensejajarkan cintanya kepada selain Allah dengan cintanya kepada Allah saja sudah begitu besar dosanya, lalu bagaimana lagi jika seseorang justru lebih mencintai pujaannya lebih dalam daripada kecintaannya kepada Allah ? Lalu bagaimana lagi orang yang sama sekali tidak menaruh rasa cinta kepada Allah ?!

Syirik Ashghar

Syirik ashghar iaitu perbuatan atau keyakinan yang mengurangi keutuhan tauhid. Apabila seseorang terjerumus di dalamnya maka dia menanggung dosa yang sangat besar, bahkan dosa besar yang terbesar di bawah tingkatan syirik akbar dan di atas dosa-dosa besar lain seperti mencuri dan berzina. Namun orang yang melakukannya tidak sampai keluar dari Islam. Dan apabila meninggal dalam keadaan berbuat syirik ashghar ini maka pelakunya termasuk orang yang diancam tidak diampuni dosanya dan terancam dijatuhi siksaan di neraka, meskipun tidak akan kekal di sana. Syirik ashghar ini terbagi menjadi syirik zhahir (jelas kelihatan) dan syirik khafi (tersembunyi/samar)

Syirik zahir

Jenis ini meliputi ucapan dan perbuatan yang menjadi sarana menuju syirik akbar. Atau boleh juga diertikan dengan ucapan dan perbuatan yang disebut sebagai syirik oleh dalil-dalil syari’at akan tetapi tidak mencapai tingkatan tandid/persekutuan secara mutlak. Contohnya adalah : bersumpah dengan menggunakan selain nama Allah.

Rasulullah S.A.W. bersabda,“Barangsiapa yang bersumpah dengan menyebut selain nama Allah maka dia telah kafir atau berbuat syirik.” (HR. Tirmidzi, beliau (Tirmidzi) menghasankannya, dan dishahihkan juga oleh Al-Hakim)

Contoh lainnya adalah : mengatakan maa syaa’a Allahu wa syi’ta (apa pun yang Allah kehendaki dan yang kamu inginkan). Ketika ada seseorang yang mengatakan ucapan itu kepada beliau, maka Rasulullah S.A.W. marah dan bersabda,“Apakah engkau hendak menjadikan aku sebagai sekutu bagi Allah ?! Katakanlah Apa pun yang Allah kehendaki, cukup itu saja” (HR. Nasa’i)

Atau mengatakan : ‘Seandainya bukan karena doktor maka saya tidak akan sembuh’, dan lain sebagainya. Adapun yang berupa perbuatan ialah seperti memakai azimat untuk tolak bala apabila meyakininya sebagai sebab perantara saja untuk mewujudkan keinginannya. Akan tetapi jika dia meyakininya sebagai faktor utama penentu tercapainya tujuan maka status perbuatan itu berubah menjadi syirik akbar dan mengeluarkan pelakunya dari lingkaran Islam.

Syirik khafi

Jenis ini terletak di dalam gerak-gerik hati manusia. Ia dapat berujud rasa ingin dilihat dan menginginkan pujian orang dalam beramal (riya’) atau ingin didengar (sum’ah). Seperti contohnya; membagus-baguskan gerakan atau bacaan shalat karena mengetahui ada orang yang memperhatikannya. Contoh lainnya adalah bersedekah karena ingin dipuji, berjihad karena ingin dijuluki pemberani, membaca Qur’an karena ingin disebut Qari’, mengajarkan ilmu karena ingin disebut sebagi ‘alim, dll. Dengan catatan dia masih mengharapkan keridhaan Allah dari perbuatannya itu. Amal yang tercampuri syirik semacam ini tidak akan diterima oleh Allah. Dan apabila ternyata dia hanya mencari tujuan-tujuan hina itu maka perbuatan yang secara lahir berupa amal shalih itu telah berubah menjadi syirik akbar, sebagaimana halnya riya’nya orang munafik.

Rasulullah S.A.W. pernah bersabda,“Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecil.” Maka beliau pun ditanya tentangnya. Sehingga beliau menjawab,“Iaitu riya’/ingin dilihat dan dipuji orang.” (HR. Ahmad, dishahihkan Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 951 dan Shahihul Jami’ no. 1551)

Rasulullah S.A.W. bersabda,“Binasalah hamba dinar, hamba dirham, hamba Khamishah, hamba Khamilah. Jika dia diberi maka dia senang tapi kalau tidak diberi maka dia murka. Binasa dan amat merugilah dia..” (HR. Bukhari) (lihat At-Tauhid li shaffits tsalits al ‘aali, hal. 11-12)