Dari Shuhaib r.a, Rasulullah S.A.W. bersabda, “Apabila penduduk syurga telah masuk syurga.” Nabi berkata, “Maka Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu tambahan dari-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Bukankah Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah memasukkan kami ke dalam syurga dan menyelamatkan kami dari neraka?’.” Nabi berkata, “Maka Allah pun menyingkapkan hijab -yang menutupi wajah-Nya-. Dan tidaklah ada kenikmatan yang diberikan kepada mereka yang lebih mereka sukai daripada memandang Rabb mereka ‘azza wa jalla.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [2/297])
Hadits yang mulia ini memberikan pelajaran, di antaranya:
1) Wajib mengimani adanya syurga dan kenikmatan yang ada di dalamnya serta mengimani adanya neraka dan kesengsaraan yang ada di dalamnya
2) syurga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, sedangkan Neraka adalah tempat yang penuh dengan kesengsaraan
4) Penetapan bahawa Allah S.W.T. berkata-kata
5) Kenikmatan paling agung adalah memandang wajah Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman (yang ertinya), “Ketika hari itu wajah-wajah berseri, mereka memandang kepada Rabb mereka.” (QS. al-Qiyamah: 22-23).
Abu Shalih meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, beliau menafsirkan ayat ini, “iaitu melihat wajah Rabb mereka ‘azza wa jalla.” (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 190).
Allah ta’ala juga berfirman (yang ertinya), “Bagi mereka -penduduk syurga- apa saja yang mereka inginkan di dalamnya -di syurga- dan di sisi Kami masih ada tambahan -nikmat-.” (QS. Qaaf: 35).
ath-Thabari meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib dan Anas bin Malik r.a, mereka mengatakan, “Maksudnya -tambahan nikmat- adalah memandang wajah Allah ‘azza wa jalla.” (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 190).
Inilah yang difahami oleh para sahabat, di antaranya: Abu Bakar, Hudzaifah, dan Abu Musa al-Asy’ari r.a, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 191).
Maka senikmat-nikmat apapun pemandangan di dunia, maka melihat wajah Allah di akhirat kelak jauh lebih nikmat di atas segala-galanya, semoga Allah menganugerahkan nikmat itu kepada kita…
6) Orang-orang beriman akan merasakan kenikmatan memandang wajah Allah di akhirat kelak. Hadits-hadits yang menunjukkan bahwa orang-orang beriman akan melihat Allah di akhirat adalah hadits-hadits yang mutawatir. Ada sekitar tiga puluh orang sahabat yang meriwayatkan hal ini (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 193-194).
7) Mengimani adanya hari kebangkitan setelah kematian
8) Mengimani perkara ghaib sebagaimana yang diberitakan oleh Nabi S.A.W.
9) Mengimani adanya pembalasan amal
10) Targhib (motivasi) agar manusia taat kepada Allah S.W.T. dan Rasul-Nya serta tarhib (ancaman) agar manusia tidak durhaka kepada Allah S.W.T. dan Rasul-Nya. Karena orang yang taat akan masuk syurga, sedangkan orang yang durhaka akan masuk neraka.
11) Di syurga manusia memiliki rasa cinta (mahabbah)
12) Kenikmatan di syurga itu bertingkat-tingkat
13) Rasulullah S.A.W. menyampaikan wahyu dari Allah S.W.T, maka kita wajib membenarkannya dan tidak boleh mendustakan atau meragukannya
14) Semestinya manusia itu berfikir ke depan, bagaimanakah nasibnya kelak di akhirat. Apakah dia ingin termasuk penghuni neraka atau penduduk syurga? Sehingga dia akan memanfaatkan waktunya di dunia ini sebaik-baiknya demi menggapai kebahagiaan yang sebenarnya
15) Kenikmatan dunia ini tidak ada nilai apabila dibandingkan dengan kenikmatan di akhirat
16) Bodoh sekali orang yang menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan dunia yang fana
Hadits yang mulia ini memberikan pelajaran, di antaranya:
1) Wajib mengimani adanya syurga dan kenikmatan yang ada di dalamnya serta mengimani adanya neraka dan kesengsaraan yang ada di dalamnya
2) syurga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, sedangkan Neraka adalah tempat yang penuh dengan kesengsaraan
4) Penetapan bahawa Allah S.W.T. berkata-kata
5) Kenikmatan paling agung adalah memandang wajah Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman (yang ertinya), “Ketika hari itu wajah-wajah berseri, mereka memandang kepada Rabb mereka.” (QS. al-Qiyamah: 22-23).
Abu Shalih meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, beliau menafsirkan ayat ini, “iaitu melihat wajah Rabb mereka ‘azza wa jalla.” (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 190).
Allah ta’ala juga berfirman (yang ertinya), “Bagi mereka -penduduk syurga- apa saja yang mereka inginkan di dalamnya -di syurga- dan di sisi Kami masih ada tambahan -nikmat-.” (QS. Qaaf: 35).
ath-Thabari meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib dan Anas bin Malik r.a, mereka mengatakan, “Maksudnya -tambahan nikmat- adalah memandang wajah Allah ‘azza wa jalla.” (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 190).
Inilah yang difahami oleh para sahabat, di antaranya: Abu Bakar, Hudzaifah, dan Abu Musa al-Asy’ari r.a, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 191).
Maka senikmat-nikmat apapun pemandangan di dunia, maka melihat wajah Allah di akhirat kelak jauh lebih nikmat di atas segala-galanya, semoga Allah menganugerahkan nikmat itu kepada kita…
6) Orang-orang beriman akan merasakan kenikmatan memandang wajah Allah di akhirat kelak. Hadits-hadits yang menunjukkan bahwa orang-orang beriman akan melihat Allah di akhirat adalah hadits-hadits yang mutawatir. Ada sekitar tiga puluh orang sahabat yang meriwayatkan hal ini (lihat Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 193-194).
7) Mengimani adanya hari kebangkitan setelah kematian
8) Mengimani perkara ghaib sebagaimana yang diberitakan oleh Nabi S.A.W.
9) Mengimani adanya pembalasan amal
10) Targhib (motivasi) agar manusia taat kepada Allah S.W.T. dan Rasul-Nya serta tarhib (ancaman) agar manusia tidak durhaka kepada Allah S.W.T. dan Rasul-Nya. Karena orang yang taat akan masuk syurga, sedangkan orang yang durhaka akan masuk neraka.
11) Di syurga manusia memiliki rasa cinta (mahabbah)
12) Kenikmatan di syurga itu bertingkat-tingkat
13) Rasulullah S.A.W. menyampaikan wahyu dari Allah S.W.T, maka kita wajib membenarkannya dan tidak boleh mendustakan atau meragukannya
14) Semestinya manusia itu berfikir ke depan, bagaimanakah nasibnya kelak di akhirat. Apakah dia ingin termasuk penghuni neraka atau penduduk syurga? Sehingga dia akan memanfaatkan waktunya di dunia ini sebaik-baiknya demi menggapai kebahagiaan yang sebenarnya
15) Kenikmatan dunia ini tidak ada nilai apabila dibandingkan dengan kenikmatan di akhirat
16) Bodoh sekali orang yang menjual agamanya demi mendapatkan kesenangan dunia yang fana