Allah S.W.T berfirman “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. iaitu, orang-orang yang khusyu’ dalam solat mereka” (Al Mu’minun : 1-2)
Tanda orang beriman, sebagaimana yang Allah ta’ala terangkan adalah mereka khusyu’ di dalam solat-solat mereka.
Ibnu ‘Abbas r.a. mengatakan, khusyu’ dalam solat adalah "merasa tenang dalam solat dan merasa takut (kepada Allah) dalam solatnya tersebut".(Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Darut Thayibah, Asy Syamilah).
Syaikh As Sa’diy rahimahullahu menerangkan makna ‘khusyu’ di dalam solat’, iaitu seseorang menghadirkan hati di hadapan Allah, merasakan dekatnya (ilmu dan pengawasan) Allah, yang dengan semua itu hati boleh merasa tenang, jiwa merasa damai. Hal ini akan terpancar dalam gerakan tubuh yang tenang, tidak lalai dalam solat, menghayati setiap bacaan yang dibaca dalam solatnya, dari awal takbir hingga akhir solat. Semua ini dalam rangka tunduk dan taat kepada Allah. (Lihat Taisir Karimirrahman, Maktabah Ar Rusyd, hal. 547)
Kemudian beliau melanjutkan, inilah hakikat ruh solat dan inilah solat yang dimaksudkan oleh Allah untuk ditegakkan oleh hamba-Nya.
Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan,
“Khusyu’ adalah memadamkan luapan syahwat, meredamkan gejolak di hati dan melahirkan cahaya pengagungan (kepada Allah ta’ala) di dalam hati.”
Letak kekhusyu’an adalah di dalam hati, sebagaimana Rasulullah S.A.W. mengkhabarkan bahawa ketaqwaan manusia ada di dalam hati.
Rasulullah S.A.W. bersabda :“Takwa letaknya adalah di sini (dan Rasulullah S.A.W. berisyarat menunjuk ke arah dada beliau tiga kali)”
Hal ini pun telah ditegaskan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu,
“Para ahli ilmu telah sepakat, bahawa letak kekhusyu’an adalah di dalam hati, dan buah dari kekhusyu’an akan tercermin pada anggota badan yang lainnya.” (Lihat Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim, Maktabah Asy Syamilah)
Saudaraku, sungguh amalan hati adalah lebih utama daripada semata-mata amalan badan. Sebagaimana dinyatakan oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu,
“Semata-mata amalan hati adalah lebih utama dibandingkan dengan semata-mata amalan badan. Sebagaimana dikatakan oleh para ulama terdahulu : kekuatan seorang mukmin ada pada hatinya dan kelemahannya ada pada jasadnya, sedangkan kekuatan orang-orang munafik ada pada jasad mereka dan kelemahan mereka terletak pada hati mereka” (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, Maktabah Asy Syamilah)
Syaitan dan bala tenteranya tidak akan tinggal diam tatkala melihat bani Adam sedang berusaha khusyu’. Hendaklah seorang waspada terhadap seluruh tipu daya syaitan dan bala tentaranya dalam menjerumuskan manusia dalam kesengsaraan.
Seorang shahabat, Hudzaifah Ibnu Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata,
“Waspadalah kalian dengan khusyu’-nya orang-orang munafik…!!!”, kemudian seorang bertanya kepada beliau, bagaimanakah khusyu’-nya orang-orang munafik?, beliau mengatakan, “Engkau melihat seseorang, jasadnya Nampak khusyu’ akan tetapi hatinya sama sekali tidak merasakan kekhusyu’an”.
Beliau rahimahullahu mengatakan:
“Sesungguhnya khusyu’ karena iman adalah menundukkan hati di hadapan Allah ta’ala dengan segala bentuk pengagungan dan pemuliaan. Hati seakan-akan luluh di hadapan Allah karena cinta dan takut kepada Allah, mengakui berbagai nikmat Allah yang melekat pada dirinya. Inilah ketundukan hati yang hakiki, yang terletak di relung hati seorang hamba, yang akan diikuti oleh anggota badan lainnya".
Adapun khusyu’-nya orang-orang munafik adalah menampakkan dengan anggota badan di hadapan pandangan para manusia, dengan berbuat seolah-olah badannya nampak khusyu’, akan tetapi hakikatnya hatinya sama sekali tidaklah merasa khusyu’.” -Sekian perkataan Ibnul Qayyim rahimahullahu- (Lihat Ar Ruh, Ibnul Qayyim, Maktabah Asy Syamilah)
Kekhusyu’an yang tertanam dalam hati seorang manusia, akan membuahkan ketenangan dalam gerakan anggota badannya, merasakan ruh ibadah dan boleh menikmati kelazatan beribadah. Inilah sumber kekuatan seorang mukmin, bersumber dari hati dan bermuara ke anggota badan lainnya.
Saudaraku, sungguh inilah yang banyak dilalaikan oleh sebagian besar kaum muslimin saat ini. Solat mereka secepat kilat dan mereka tidak faham maknanya.
Sungguh benar apa yang dikatakan oleh shahabat Hudzaifah Ibnul Yaman, tatkala beliau mengatakan:
“Hal pertama yang akan hilang dari agama ini adalah khusyu’, dan perkara terakhir yang akan hilang dari agama ini adalah solat” (Diriwayatkan Al Hakim disepakati oleh Adz Dzahabi)
Perkara ini, iaitu khusyu’ merupakan perkara yang berat memerlukan usaha dan jerih payah.
Lihatlah saudaraku apa yang dikatakan Ibnul Qayyim rahimahullahu tentang bedanya khusyu’-nya orang-orang beriman dan orang-orang munafik.
Rasulullah S.A.W, manusia paling mulia berlindung kepada Allah dari hati yang lalai, dari hati yang tidak khusyu’ :
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari doa yang tidak terkabul”
(Hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, dan An Nasa’i)“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak pernah merasa puas, dari ilmu yang tidak bermanfaat, dan dari doa yang tidak terkabul”
Hanya kepada Allah kita memohon hidayah dan petunjuk. Ya Rabb jadikanlah Kami ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang khusyu’. Amiin.
