“Adakah kamu menyangka bahawa Kami menciptakan kamu (dari tiada kepada ada) hanya saja-saja (sia-sia tanpa ada sesuatu hikmah pada penciptaan itu?) dan kamu (menyangka pula) kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al-Mu'minun, 115).
SENTIASALAH BERSEDIA UNTUK MENGHADAPI KEMATIAN
Setiap orang tahu bahawa dia akan mati, tak ada seorangpun yang mengingkarinya. Tapi kenyataannya sedikit sekali yang mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Sebahagian besar manusia bahkan berusaha melupakannya dengan berbagai hiburan dan kegiatan. Kematian menjadi misteri yang ditakuti. Padahal dengan perjalanan waktu, saat kematian yang tidak mungkin kita hindari ini hanya akan menjadi semakin dekat lagi. Padahal bagi mereka yang sedar, dan berniat untuk menghadapinya, sesungguhnya ingat akan kematian merupakan pendorong yang sangat kuat untuk mencapai kehidupan yang berjaya.
Lebih dari 160 kali kata kematian disebut dalam al Qur'an. Mengapa peristiwa ini mendapat banyak perhatian dalam kitab Allah ini? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita perhatikan beberapa ayat yang mengandung kata kematian tersebut.
" Setiap jiwa akan merasakan kematian" (ali Imran 185)
Ayat ini mengungkapkan fakta kematian sebagai suatu kenyataan. Tanpa menutupi ataupun menakuti, tetapi membicarakannya sebagai suatu hal yang pasti terjadi, yang pasti akan kita alami. Pernyataan tersebut dilanjutkan dengan huraian mengenai apa yang akan kita hadapi setelah mati:
"Dan sesungguhnya hanya pada hari kiamat sajalah akan disempurnakan pahalamu. Barangsiapa yang diselamatkan dari api neraka dan dimasukkan kedalam syurga sesungguhnya dialah yang benar benar beruntung. Sesungguhnya kehidupan didunia ini hanyalah kesenangan yang memperdayakan" (Ali Imran 185)
Dengan nada keterbukaan yang sama, ayat diatas menyajikan beberapa prinsip dasar Islam. Bahwa kematian bukanlah akhir dari riwayat kita. Masih ada kehidupan setelah mati, suatu kehidupan yang justru jauh lebih panjang dari hidup yang sekarang ini. Juga disebutkan dalam ayat ini apa ukuran keberhasilan yang sebenarnya. Kejayaan yang hakiki adalah selamat dari api neraka dan masuk kedalam syurga. Kejayaan bukanlah keberhasilan meraih suatu gelaran, kejayaan juga bukan berarti pangkat, ataupun kekayaan, semua kejayaan dunia itu hanya seperti fata morgana dibandingkan kenyataan yang akan kita alami di akhirat.
Pesanan yang sama juga kita dapati dalam ayat berikut (Al Anbiya 35):
"Setiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan kami akan uji engkau dengan kejahatan dan kebaikan. Hanya kepada kamilah engkau akan kembali"
Tidak ada kesamaran ataupun keraguan dalam pesanan ini. Bahawa hidup ini sementara, hidup hanyalah suatu masa percubaan, suatu ujian saja. Setiap orang mendapatkan ujiannya masing-masing. Ada yang diuji dengan musibah kemalangan ada juga yang diuji dengan keberuntungan didunia ini. Tapi pada akhirnya semua kita tanpa kecuali akan dinilai dan diberi ganjaran kehidupan akhirat yang sesuai dengan hasil ujian ini.
Kisah lengkap kehidupan kita secara ringkas diceritakan dalam al Quran sebagai berikut:
"Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dari tanah, Kemudian dari setitis mani yang disimpan dalam tempat yang kukuh (rahim) Lalu dari setitis mani itu Kami jadikan ia segumpal darah, Lalu dari segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, Lalu dari segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang Lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maha suci Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian sesudah itu kamu semua akan mati kemudian sesungguhnya pada hari kiamat engkau akan dibangkitkan lagi" (Al Mu'minun 23:12-16)
Hanya yang Maha Pencipta yang dapat memaparkan riwayat kita selengkap itu. Dari huraian itu nampak bahawa apa yang kita jalani didunia ini hanya merupakan sebahagian saja dari seluruh riwayat hidup kita. Jauh lebih panjang lagi masa yang akan kita alami di akhirat nanti. Perlu diingat juga bahawa apa yang kita lakukan dalam masa hidup yang pendek didunia ini akan menentukan kehidupan kita di akhirat nanti. Inilah fungsi sebenarnya dari kehidupan dunia, sebagai ladang yang hasilnya akan kita nikmati diakhirat nanti.
Dalam bahagian lain, ditegaskan pula bahwa tidak ada jalan keluar yang dapat menghindarkan kita dari kematian. Surat an Nisa ayat 78 memaparkan: "Dimanapun engkau berada, kematian akan menjumpaimu. Walaupun engkau berada didalam menara yang kukuh dan tinggi sekalipun."
Demikianlah kematian itu, semua kita akan mengalaminya pada saat yang sudah dipastikan. Tak dapat ditunda walau hanya satu detik pun. Tak ada yang dapat menghentikannya. Lalu bagaimana kita harus mensikapinya? Dalam al Quran diberikan petunjuk untuk menghadapi kematian:
"Wahai orang-orang beriman, takutlah pada Allah dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Islam" (3:102)
Islam, inilah satu satunya yang dapat menyelamatkan kita dalam menempuh proses kematian. Allah memerintahkan kita agar tidak menjumpai kematian kecuali kita dalam keadaan muslim. Kematian tidak dapat kita tolak, dan kita tidak tahu bila kematian itu akan datang menjumpai kita. Bererti setiap saat kita harus selalu dalam keadaan muslim. Kita harus menjaga agar kita tetap muslim dalam bekerja, muslim ketika dirumah, baik waktu sendirian maupun didepan umum. Muslim waktu senang, dan tetap muslim pula waktu ditimpa kesusahan. Pada setiap saat dan situasi hendaknya kita selalu dalam keadaan menyerah (Islam) kepada Allah, sehingga kalau sewaktu kematian itu datang kita sudah siap dan dapat menghadapinya dengan tenang. Janganlah kita seperti orang yang digambarkan Allah dalam ayat berikut:
"Wahai orang yang beriman janganlah kekayaan dan anak anakmu mengalihkan perhatianmu dari mengingati Allah, agar engkau tidak menjadi orang yang merugi. Dan nafkahkan sebahagian dari harta yang kami berikan kepadamu sebelum datangnya kematian, sehingga engkau tidak berkata " Ya Tuhan, berikan kami tanguh beberapa saat. Niscaya aku akan bersedekah dan berbuat baik". Tapi tidak pada satu jiwapun Allah memberi tangguh ketika saatnya sudah tiba. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang engkau perbuat. (al Munafiqun 63: 9-11)
Jadi ketika kematian tiba, tidak akan ada lagi kesempatan kedua ataupun tambahan waktu. Kalau kita ingin berbuat baik, lakukanlah sebelum kematian itu tiba. Tak ada yang diberi tangguh, tak ada perkecualian.
Ketika kematian itu tiba pada salah seorang dari mereka, ia akan berkata. "Ya Tuhanku kembalikanlah aku, kembalikanlah aku, niscaya aku akan berbuat kebaikan yang selama ini aku lupakan." Tidak, tidak mungkin lagi. .... (Mu'minun 23:99-100)
Selalu ingat akan mati, memaksa kita sedar akan terbatasnya waktu kita didunia dan membuat kita selalu ingat akan tugas kita, apa yang seharusnya kita perbuat didunia. Banyak hal baik yang timbul dari ingatan akan mati. Karena itulah Islam mengajarkan agar kita sering melakukan ziarah kubur, Islam juga menganjurkan kita untuk mengiring jenazah ke kuburan dan membantu memandikan jenazah.
Disamping itu dengan membaca al Quran setiap hari, kita pun akan selalu diingatkan akan kematian ini. Kesedaran dan ingatan akan mati ini akan memberi kesan yang sangat dalam bagi kita: Tak ada lagi rasa keterikatan dan rasa ingin memiliki dunia. Tak ada lagi rasa takut untuk menyampaikan kebenaran. Hilang pula rasa cemburu dan iri hati yang biasa muncul ketika melihat orang yang lebih beruntung dari kita. Dendam dan sakit hati dengan mudah akan berganti dengan maaf yang tulus ikhlas.
Kita sedar giliran kita akan segera tiba. Semoga Allah S.W.T memberi kita kesempatan untuk menemui kematian dengan sebaik baik cara yang diredhaiNya.